Senin, 10 Februari 2014

PEMBANGUNAN MASYARAKAT



          TAKE HOME
SEMESTER GANJIL 2013/2014
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT2qHwMN7XoR2CuATABmbfAmnu-cuR9GYA25UTE8x1KNxCcnfwQ
MATA KULIAH      : PEMBANGUNAN MASYARAKAT
SKS                            : 2 SKS                                  
PRODI                       : PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
KELAS                      :  A EKS 2012
DOSEN                      : DRA. FARIHAH, M.Pd
HARI/TANGGAL    : 28 OKTOBER 2013
                                                                                                                                                           
1. Strategi Pembangunan Masyarakat
Strategi pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan pemilihan atas faktor – faktor (variabel) yang akan dijadikan faktor / variabel utama yang menjadi penentu jalannya proses pertumbuhan (Surono, 1993):
A. Strategi pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat ke bawah (trickle-down-effect) pendistribusian kembali, jika terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan, hal tersebut merupakan prasyarat terciptanya pertumbuhan ekonomi.
a.    Strategi pembangunan dengan pemerintah
Strategi pembangunan adalah merupakan suatu cara untuk mencapai Visi dan Misi  yang rumusankan dalam bentuk strategi sehingga dapat meningkat  kinerja. Kinerja sangat dipengaruhi oleh bagai mana suatu organisasi    (pemerintah)  menerima sukses atau mengalami kegagalan dari suatu misi organisasi pemerintah. Faktor – faktor keberhasilan berfungsi untuk lebih       memfokuskan strategi dalam rangka mencapai tujuan dan misi organisasi    pemerintah secara sinergis dan efisien. Untuk merumuskan strategi maka     dibutuhkan analisis lingkungan strategis. Cth : BLT, PNPM Mandiri,
b.   Strategi ketergantungan
Tidak sempurnanya konsep strategi pertama dan kedua mendorong para ahli ekonomi mencari alternatif lain sehingga pada tahun 1965 muncul strategi             pembangunan dengan nama strategi ketergantungan. Inti dari konsep strategi             tergantungan adalah Kemiskinan di negara – negara berkembang lebih disebabkan  karena adanya ketergantungan negara tersebut dari pihak / negara lainnya. Teori ketergantungan ini kemudian dikritik oleh Kothari dengan mengatakan “Teori ketergantungan tersebut memang cukup relevan, namun sayangnya telah menjadi   semacam dalih terhadap kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun masyarakat sendiri (Self Development). Cth : APEC, ASEAN, Kerjasama dengan Kore dalam bidang ekonomi.
c.    Strategi yang berwawasan ruang
Strategi ini dikemukakan oleh Myrdall dan Hirschman, yang mengemukakan sebab – sebab kurang mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah yang lebih kaya / maju. mereka kurang mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah maju dikarenakan kemampuan / pengaruh menyetor dari kaya ke miskin (Spread Effects) lebih kecil daripada terjadnya aliran sumber daya dari daerah miskin ke daerah kaya (Back-wash-effects). Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut adalah, bahwa Myrdall tidak percaya bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai, sedangkan Hirschman percaya, sekalipun baru    akan tercapai dalam jangka panjang. Cth :
d.   Strategi pendekatan kebutuhan pokok
Sasaran dari strategi ini adalah menanggulangi kemiskinan secara masal. Strategi    ini selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975, dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan kebutuhan pokok dan sejenisnya. Cth : FAO yang bergerak dalam bidang kesejahteraan rakyat.

B.   Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembangunan
1.      Sumber Daya Alam ( SDA ), SDA adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, jika SDA mencukupi dan di manfaatkan sebaik-baiknya, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara akan cepat.
2.      Sumber Daya Manusia ( SDM ), SDM merupakan salah satu faktor berikutnya yang sangat penting untuk pembangunan ekonomi, jikasemakin baik SDM, makan akan semakin cepat jalannya suatu pembangunan.
3.      Tenaga Ahli, disini tenaga ahli bisa di samakan dengan SDM, tetapi tenaga ahli      adalah SDM yang dilatih dan di didik sehingga lebih mempunyai skill dan       keterampilan.
4.      Teknologi 
2. Nilai Sosial Dalam Pembangunan Masyarakat
A. Hakikat dan Makna Nilai Sosial Dalam Pembangunan Masyarakat
Menurut Kattsoff dalam Sumargono mengungkapkan bahwa hakikat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara: pertama, nilai sepenuhnya berhakikat subjektif, bergantung kepada pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri. Kedua nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontology, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan. Sedangkan menurut Sadulloh mengemukakan tetang hakikat nilai berdasarkan teori-teori sebagai berikut: menurut teori voluntarisme, nilai adalah suatu pemuasan terhadap keinginan atau kemauan. Menurut kaum hedonisme, hakikat nilai adalah “pleasure” atau kesenangan, sedangkan menurut formalisme, nilai adalah sesuatu yang dihubungkan pada akal rasional dan menurut pragmatisme, nilai itu baik apabila memenuhi kebutuhan dan nilai instrumental yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan (Sofyan Sauri dan Herlan Firmansyah: 2010: 6)
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat dan makna nilai adalah sesuatu hal sesuatu hal yang dihubungkan dengan akal rasional, logis dan bergantung pada pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri.
B.   Klasifikasi Nilai
Dalam teori nilai yang digagags Spranger dalam allport (1964) menjelaskan terdapat enam orientasi nilai yang sering dijadkan rujukan oleh manusia dalam kehidupannya. Dalam pemunculannya, enam nilai tersebut cenderungmenampilkan sosok yang khas terhadap pribadi seseorang. Keenam nilai tesebut adalah  sebagai berikut (Sofyan Sauri dan Herlan Firmansyah: 2010: 7) :
1. Nilai teori
2. Nilai Ekonomis.
3. Nilai Estetika.
4. Nilai Sosial.
5. Nilai Politik
6. Nilai Agama
Spranger melihat bahwa pada sisi nilai inilah kesatuan filsafat hidup dapat dicapai. Diantara kelompok manusia yang memiliki orientasi kuat terhadap nilai ini adalah para nabi, imam, atau orang-orang saleh.
Dari beberapa klasifikasi  nilai diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemaknaan terhadap nilai itu sendiri tergantung pada perspektif masing-masing orang yang membuatnya dan menjalaninya. Tetapi diantara keenam klasifikasi nilai diatas, nilai yang paling tertinggi adalah nilai agama.
C. Hirearki Nilai
Menurut Max Scheller dalam kaelan menyebutkan hirarki nilai tersebut terdiri atas (Sofyan Sauri dan Herlan Firmansyah: 2010: 9)
1. nilai kenikmatan, yaitu nilai yang mengenakan atau tidak mengenakan, berkitan dengan indra manusia yang menyebabkan manusia senang atau menderita.
2. Nilai kehidupan, yaitu nilai yang penting bagi kehidupan. Cth : pendidikan, kesejahteraan
3. Nilai kejiwaan, yaitu nilai yang tidak bergantung pada keadaan jasmani maupun lingkungan.Cth : olahraga
4. Nilai kerohanian, yaitu maralitas nilai dari yang suci dan tidak suci. Cth : pengajian, kebaktian
Adapun dalam Notonagoro dalam Darji (11984:66-67) membagi hirearki nilai pada tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut (Sofyan Sauri, dan Herlan Firmansyah: 2010: 9) :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.cth : kesehatan, olahraga.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan. Cth : mengadakan baksos korban gempa kepada masyarakat  di sekitar gunung sinabung
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Cth: pengajian, kebaktian.
Di Indonesia (khususnya pada dekade penataran P4), hirearki Nilai dibagi tiga (kaelan, 2002), yaitu sebagai berikut (Sofyan Sauri dan Herlan Firmansyah: 2010: 9)
1. Nilai dasar (dalam bahasa ilmiahnya disebut sebagai daasr ontologisme) yaitu merupakan hakikat, esensi, itisari, atau makna yang terdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai daar ini bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu, misalnya hakikat Tuhan, manusia, atau yang lainnya.
2.   Nilai instrumental, merupakan suatu pedoman yang dapat diukur atau diarahkan. Nilai instrumental merupakan suatu  eksplisitasi dari nilai dasar.
3. Nilai praksis, pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam suatu kehidupan nyata.
Dari hirearki nilai diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hirearki nilai ini dangat tergantung dari sudut pandang mana si penilai menilai. Misalnya orang materialis, akan meletakkan nilai-nilai materi pada tingkat yang paling tinggi, dan begitu juga sebaliknya pada orang religius akan menempatkan nilai-nilai religius pada tingkatan yang paling tinggi, dan seterusnya.
3.    Asas Relevansi Dengan Pembangunan Masyarakat
Asas relevansi dengan pembangunan masyarakat mengadung tiga makna, pertama, bahwa kehadiran pendidikan non formal didasarkan  atas kebutuhan, masyrakat dan muncul karena tuntutan pemabngunan masyarakat. Kedua, program-progaram pendidikan nonformal  berfungsi menggarap perkembangan sumber daya manusia yang menjadi pelaku utama dalam pembangunan masyrakat dan sekaligus penerima pengaruh dari pemabangunan masyrakat itu. Ketiga, pendidikan nonformal (nonformal education) lahir di masyarakat industri.
a.   Permasalahan Pembangunan Masyarakat dan Kaitannya dengan Pendidikan
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pembangunan masyarakat dan hubungannya dengan pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut, yaitu :
1. Masyarakat perdesaan merupakan bagian terbesar dari penduduk dunia.
2.    Kegiatan pembangunan dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya pembangunan, sangat diperlukan oleh dan untuk masyrakat perdesaan.
3.    Di lihat dari segi demografi, bagian terbesar jumlah penduduk tinggal di perdesaan, sekitar 70-80% penduduk dunia, terutam di negara-negara miskin dan sedang berkembang, bermukim di perdesaan.
b. Klasifikasi Masyarakat Perdesaan
Perkembangan mastarakat perdesaan didasarakan atas tipe desa yang mencakup 10 faktor yang menjadi indikator perkembangan yaitu, penduduk alam, orbitasi desa, mata pencaharian, pendapatan desa, adat istiadat, kelembagaan, pendidikan, gotong royong dan prasarana desa. Berdasarkan ukuran kuantitatif dan kualitatif, khususnya faktor ekonomi, sosial budaya, dan prasarana maka perkembangan desa dapat diklasifikasi ke dalam pradesa, desa swadaya, swakarya dan swasembada. Pradesa ialah bentuk kelompok masyarakat yang belum menetap pada suatu wilayah yang disebut desa, seperti kelompok terasing yang selalu berpindah-pindah. Desa swadaya ialah desa yang bersifat tradisional yang diikat oleh adat istiadat, hubungan antar penduduk yang erat, pengawasan didasarkan atas kekeluargaan, mata pencaharian penduduk pada sektor primer, tingkatan teknologi yang masih sederhana, serta prasarana yang masih minim. Norma-norma desa swadaya ialah :
1.    Mata pencaharian penduduk penduduk yang utama adalah disektr primer yaitu pertanian, nelayan, petrnakan, dan pencari hasil hutan.
2.    Adat istiadat dan tradisi pada umumnya masih rendah.
3.    Tugas dan fungsi kelembagaan dan pemerintahan desa masih rendah.
Desa swakarya ialah desa yang setingkat lebih maju dari desa swadaya dan ditandai dengan adat istiadat sedang mengalami transisi, pengaruh luar pun mulai masuk, cara berpikir penduduk mulai berubah, lapangan kerja bertambah, serta kualitas prasaran di desa pun bertamabha. Norma-norma desa swakarya ialah :
1.    Adat istiadat dan tradisi dalam tingkat peralihan.
2.    Tugas dan fungsi pemerintahan  dan kelembagaan desa baik.
3.    Pendapatan desa dalam tingkat sedang.
Desa swasembada ialah desa yang seingkat lebih tinggi dari desa swakarya yang ditandai dengan adat istiadat sudah tidak mengikat secara ketat hubungan antar manusia bersifat rasional, teknologi tinggi, dan prasarana desa cukup. Norma-normanya ialah :
1.    Adat istiadat dan tradisi tidak megikat lagi pada kehidupan penduduk.
2.    Tingkat pendidikan dan ketrampilan penduduk sudah tinggi.
3.    Tugas dan fungsi kelembagaan dan pemerintahan di desa sudah efektif.
c.    Peningkatan Sosial Ekonomi Perdesaan Menjadi Fokus Utama Pembangunan Masyarakat
Dalam pembangunan masyarakat, pendidikan nonformal dapat berperan dalam tiga hal. Pertama, menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentinganya upaya mereka untuk membebaskan diri dari keodohan, imbalan atau upah kerjayang rendah dan ketidakadilan dalam masyarakat. Kedua, membantu masyarakat untuk biasa hidup berorganisasi sehingga secara bersama mereka dapat mempelajari keadaan kehidupannya serta mejagagi berbagai kesempatan yang berkaitan dengan pekerjaan, lapangan usaha dan kemudahan yang dapat diperoleh  seperti pemberian modal kredit. Ketiga, para pendidik dan tutor bekerja sama berorganisasi kemasyarakatan dan anggota masyarakat dalam upaya mengidentifikasi kebutuhan, sumber dan kemungkinan hambatan, serta mendayagunakan prasarana sosial, politik, dan lingkungan masyarakat.
d.    Pengertian dan Ruang Lingkup Pembangunan Masyarakat
Pembangunan desa mempunyai tujuan untuk terjadinya:
· Peningkatan kesejahteraan hidup dan kualitas kehidupan masyarakat.
· Pelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan.
· Terjabarnya kebijaksanaan dan program pembangunan nasional untuk masyarakat perdesaan, dengan meniikberatkan pada prakarsa masyarakat itu sendiri.
Sebagai gerakan pembangunan masyarakat mengandung arti sebagai usaha sadar, sistimatis, dan terarah yang diselenggarakan oleh untuk dan dalam masyarakat yang bertujuan mengubah taraf kehidupan mereka sendiri ke arah yang lebih baik. Pengertian pembangunan masyrakat dapat ditinjau dari segi sistem dan gerakan. Sebagai sistem, pembangunan masyrakat adalah bagian dari supra sistem pembangunan nasional. Sebagaimana hanya dalam pendidikan nonformal, pembangunan masyrakat mencakup komponen-komponen yang saling berhbungan antara satu dengan yang lainnya dan berproses untuk mencapai tujuan. Batten (1961), menjelaskan bahwa pembangunan masyrakat adalah suatu proses atau gerakan yang dilakukan oleh masyarakat yang dalam gerakan itu masyarakat mendiskusikan keinginan dan kebutuhan bersama, kemudian merencanakan dan melaksanakan upaya bersama untuk mewujudkan keinginan merencanakan dan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
e.    Prinsip-Pinsip dan Unsur-Unsur Pembangunan Masyarakat
Pembangunan masyarakat iselenggrakan atas dasar prinsip-prinsip, keterpaduan, berkelanjutan, keserasian, kemampuan sendiri dan kaderisasi. Prinsip-prinsip dan unsur-unsur pembangunan masyarakat yang dikemukakan diatas  mempunyai hubungan yang amat erat dengan sistem pendidikan. Apabila hubungan ini dikaji lebih mendalam maka akan ditemukan suatu nilai bahwa pengembangan masyarakat itu sendiri merupakan pendidikan dalam makna yang wajar dan luas. Dalam hubungan ini pendidikan nonformal, sebagai subsistem pendidikan nasional, berperan sebagai pendekatan dasar dalam setiap program pembangunan masyarakat dan merupakan bagian penting dari setiap program pembangunan masyarakat baik pada tingkat lokal, daerah, maupun nasional. Pendidikan nonformal sebagai bagian penting dari program pembangunan masyarakat mengandung makna bahwa setipa kebijakan dan egiatan pembangunan masyarakat memuat pola kebijakan dan program pendidikan nonformal.
f.     Sasaran Pendidikan Nonformal Dalam Pembangunan Masyarakat
Salah satu sasaran perubahan yang ingin dicapai  oleh pendidikan nonformal dalam pembangunan masyarakat adalah tumbuhnya masyarakat gemar belajar (learning society). Masyarakat gemar belajar mengandung makna perubahan masyarakat dari situasi kehidupan semu, yang disebut masyarakat dalam keadaan mimpi (dreaming society) atau menghayal, ke arah masyarakat berencana (planning society).Sebagaimana telah dikemukakan bahwa tumbuhnya masyarakat gemar belajar memberi petunjuk lepasnya masyarakat dari stuasi kehidupan semu. Ditinjau dari proses belajarnya, masyarakat gemar belajar  memiliki beberapa ciri, yaitu :
1.    Sebagian masyarakat atau mungkin selruhnya, gemar mencari informasi yang berhubungan dengan kepetingan kehidupannya.
2.    Mereka gemar menemukan informasi baru melalui kegiatan membaca berbagi sumber buku dan lain sebagainya.
3.    Masyarakat gemar menulis dan meyampaikan informasi.
4.    Masyarakat gemar melakukan kegiatan belajar secara berlanjut atas kesadaran bahwa belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan dar kehidupannya.

g.    Implikasi Pendidikan Nonformal Dalam Merntis Masyarakat Gemar Belajar di Perdesaan
Dalam menumbuhkan masyarakat gemar belajar, melalui kegiatan belajar yag berkaitan dengan berbagi fungsi, pendidikan nonformal dapat berperan dalam hal-hal sebgai berikut :
1.    Pendidikan nonformal memberikan pengakuan dan penghargaan tehadap sumber-sumber yang tersedia dimasyarakat dan menggunakannya secara optimal dalam gerakan pembangunan masyarakat.
2.    Pendidikan nonformal menghormati nilai-nilai agama, keyakinan, tradisi dan budaya masyarakat.
3.    Lembaga pendidikan nonformal bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait dengan pembangunan masyarakat dan pimpinan masyarakat, serta memanfaatkan sebaik-baiknya kerja sama tersebut untuk membelajarkan masyarakat.
4.    Pendidikan nonformal mengutamakan program yang berkaitan dengan upaya kebutuhan yang dirasakan dan dinyatakan oleh masyarakat.
5.    Pendidikan nonformal memperkenalkan kekuatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan humaniora melalui komnikasi teroraganisasi dalam masyarakat sehingga masyarakat terdorong untuk meyadari pentingnya belajar dan untuk mem[pelajari dan menerapkan ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, sanapiah. 1991. Sosiologi Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya
Ine Kusuma Aryanti, dan Markum Susatim, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai.
Sofyan Sauri dan herlan Firmansyah, 2010, Pendidikan Nilai.
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, editor Dudung Rahmat Hidayat.
http://fauzanceschizbullah.blogspot.com/2012/05/asas.html
http://kinantiarin.wordpress.com/perkembangan-strategi-dan-perencanaan-pembangunan-ekonomi-indonesia

1 komentar: