BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Dalam
UU No. 20 tahun 2003, tentang Sisdiknas,
dinyatakan bahwa pendidikan nasional diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu:
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Melalui jalur pendidikan nonformal,
pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), yang kini berubah nama
menjadi Dirjen PAUDNI berusaha memberdayakan masyarakat melalui program-program
PLS. Melihat banyaknya potensi yang ada di masyarakat Desa Laut Dendang,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, namun banyak ibu rumah tangga
yang tidak bekerja, tetapi hanya kerjanya memasak di dapur demi keluarganya.
Oleh karena itu kami dari mahasiswa PLS Ekstensi 2012 merencanakan suatu
Program untuk ibu rumah tangga yang mana setelah kami menganalisis di lapangan
ternyata hampir 60 % ibu rumah tangga memilih keterampilan menjahit pakaian
wanita bagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
Adapun
sampel yang kami analisis yaitu berjumlah 25 orang yang mana itu terdiri dari :
keterampilan menjahit pakaian wanita sekitar 9 orang, keterampilan membuat kue
basah 5 orang, keterampilan membuat kue kering 4 orang, kursus salon 2 orang, keterampilan
memasak
sayur 2 orang, keterampilan memasak gulai 2 orang, keterampilan memasak nasi
goreng 1 orang. Alasan kami kenapa perlunya program ini adalah agar ibu rumah
tangga bisa di berdayakan sehingga mampu atau dapat memiliki keterampilan
menjahit pakaian wanita yang mana bisa membantu perekonomian keluargannya. Program
ini sangatlah penting jika dilaksanakan karena dapat membantu ibu rumah tangga
dalam membantu perekonomian keluarganya. Selain itu dengan adanya program
keterampilan menjahit ini bisa meningkatkan partisipasi masyarakat terkhusus
ibu rumah tangga yang ada di Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang. Kami melihat cukup banyak potensi yang ada di Desa Laut
Dendang, namun setelah kami menganalisis di lapangan kami melihat cukup tinggi
partisipasi ibu-ibu yang ada di Desa Laut Dendang. Dari sekian banyak ibu rumah
tangga yang kami wawancarai mereka lebih banyak memilih keterampilan menjahit
pakaian wanita, oleh karena itu kami memilih program keterampilan menjahit
pakain wanita karena lebih banyak yang membutuhkan. Kami yakin dengan program
keterampilan menjahit pakai wanita dapat memberikan pengaruh yang positif baik
itu bagi ibu rumah tangga yang ada di Desa Laut Dendang, bagi Kepala Desa serta
bagi kami sehingga dapat membangun, membantu dan memberdayakan ibu-ibu yang ada
di Desa Laut Dendang untuk kemanfaatan dalam kehidupan keluarga mereka.
B.
Rumusan
Masalah
1. Banyaknya
ibu rumah tangga yang tidak bekerja
2. Banyaknya
ibu rumah tangga yang tidak memiliki keterampilan
3. Banyaknya
ibu rumah tangga yang ingin memiliki keterampilan tetapi tidak mempunyai biaya
C.
Tujuan
1.
Agar ibu rumah tangga
dapat bekerja sehingga dapat membantu perekonomian keluarganya
2.
Agar ibu rumah tangga
dapat memiliki keterampilan menjahit pakaian wanita
3.
Agar ibu rumah tangga
mampu mandiri atau berdaya
BAB
II
KAJIAN,
KONSEP DAN MODEL PERENCANAAN PROGRAM PLS
A.
Kajian
dan Konsep Perencanaan PLS
Perencanaan
merupakan titik awal dari sebuah proses pelaksanaan program. Perencanaan
memiliki peran penting dalam penentuan keberhasilan sebuah pelaksanaan program.
Perencanaan, merupakan bagian dari bagian proses manajemen dimana didalam
proses manajemen terdapat dungsi pelaksanaan, pengorganisasian, penggerakkan,
pembinaan, penilaian dan pengembangan”.
Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah tak lepas dari konsep manajemen, dimana didalamnya terdapat komponen perencanaan. Seperti ditekankan oleh Djudju Sudjana (2000 : 56) , Penyelenggaraan manajemen PLS, :”…manajemen pendidikan luar sekolah terdiri atas enam fungsi yang berurutan. Keenam fungsi tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pembinaan, penilaian dan pengembangan”. Waterson (1965) mengemukakan bahwa pada hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar,terorganisasi, dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif tindakan guna mencapai tujuan. Perencanaan bukan kegiatan yang tersendiri melainkan merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan yang kompleks.
Fungsi dari perencanaan Pendidikan Luar Sekolah dalam pembangunan masyarakat adalah : 1) Menyusun rangkaian tindakan penyelengaraan PLS yang sistematis dalam mencapai tujuan organisasi dan lembaga pendidikan, 2) Upaya untuk mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang terbatas secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karateristik perencanaan PLS :1) model untuk menetapkan tahapan tindakan yang spesifik untuk mencapai tujuan, 2) berorientasi pada perubahan dari kondisi sekarang ke kondisi yang diharapkan oleh masyarakat atau warga belajar, 3) melibatkan seluruh warga belajar dan orang-orang tertentu ke dalam proses perubahan untuk mencapai kondisi yang diharapkan, 4) memberikan arah kapan suatu tindakan akan dilakukan, siapa akan bertanggung jawab apa, 5) disusun dengan mempertimbangkan semua faktor yang ada, seperti potensi yang ada, tingkat keberhasilan yang mungkin dicapai, faktor pendukung dan faktor penghambat serta berbagai resiko yang akan terjadi dengan tindakan yang akan dilakukan tersebut., 6) harus mempertimbangkan dan menentukan prioritas tindakan yang harus dilakukan, 7) titik awal untuk melakukan pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian, dan pengembangan.
Jenis perencanaan di antaranya adalah : 1) Perencanaan alokatif. 2). Perencanaan Inovatif; dan 3). Perencanaan Strategis, sedangkan Prinsip dalam penyusunan perencanaan PLS adalah : 1) disusun berdasarkan kesepakatan, kebijakan, kepentingan dan ke butuhan pihak yang ingin dipenuhi (misalnya pihak masyarakat), 2) mempertimbangkan perencanaan yang sudah ada, supaya berkesinambungan, 3) harus berorientasi pada pemanfaatan bahan-bahan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. 4) dilaksanakan secara menyeluruh yang mempertimbangkan semua faktor yang akan mempengaruhi pelaksanaan program PLS, seperti : faktor masukan, faktor proses, keluaran, dan dampak yang diharapkan. Tahapan penting yang perlu dilakukan dalam proses penyusunan perencanaan adalah sebagai berikut : 1) Tahap persiapan sebelum melaksanakan perencanaan, 2) Tahap pelaksanaan penyusunan perencanaan.
Pembangunan merupakan usaha-usaha yang terencana untuk menghasilkan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan itu, pembangunan menurut Pudjiwati , adalah perubahan susunan dan pola hidup masyarakat, yang di dalamnya terjadi perubahan cara pikir, sikap, dan perubahan kebiasaan hidup dalam menghadapi masa depan yang lebih baik. PLS dirancang dari kebutuhan masyarakat dan berlangsung ditengah-tengah masyarakat tanpa membatasi usia dan jenis kelamin. Karena berangkat dari kebutuhan masyarakat yang selalu berubah dan berlangsung dalam masyarakat yang memiliki keragaman karakteristik, maka isi programnya selalu mengarah pada fleksibilitas. Artinya isi program disesuaikan dengan kondisi kebutuhan masyarakat yang memerlukannya.
Perencanaan pendidikan luar sekolah dalam pembangunan harus memiliki ciri khas, diantaranya : memiliki sifat empowerman, yang bisa merubah posisi mereka dari objek pembangunan menjadi subjek dan pelaku utama proses pembangunan masyarakat. Sebelumnya masyarakat hanya sebagai objek pelaksanaan perencanaan yang disusun oleh pemerintah atau pihak luar. Seharusnya masyarakat berubah menjadi subjek dan memiliki peran utama dalam penyusuan perencanaan sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Masyarakatlah yang lebih tahu apa yang dibutuhkan untuk membangun wilayahnya. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan ini sangat penting sebab akan pembangunan di negara berkembang memiliki ciri adanya keterlibatan masyarakat yang optimal didalamnya.
Secara Khusus, beberapa langkah yang harus ditempuh dalam kerangka perencanaan PLS dalam pembangunan masyarakat, yaitu :
1.Melakukan Studi Kelayakan.
Studi kelayakan ini dimaksudkan untuk melihat kondisi daerah yang akan dijadikan sebagai lokasi sasaran. Aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain :
a.Tingkat penghidupan masyarakat
b.Sarana pendidikan yang ada.
c.Sumber mata pencaharian penduduk
d.Potensi alam dan lingkungannya
e.Kesehatan lingkungan (gizi, kondisi rumah dll.)
f.Tata cara hidup bersama, adat istiadat, kebiasaan dll.
g.Sarana peribadatan dan kegiatan-kegiatan keagamaan.
h.Sifat khas masyarakat yang menonjol.
2.Analisis Studi Kelayakan
Hasil analisis studi kelayakan ini, memberi gambaran situasi atau keadaan lokasi menurut aspek-aspek yang diteliti. Selanjutnay dapat disusun alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3.Menetapkan Daerah Pengembangan
Hasil analisis dan alternatif-alternatif yang tersedia, dapatlah ditentukan lokasi sasaran yang dapat dijadikan sebagai lokasi binaan.
4.Merumuskan Tujuan.
Setelah menetapkan lokasi sasaran, maka perlu merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan PLS.
5.Menentukan populasi sasaran
Deskripsi yang tepat mengenai populasi sasaran sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu perencanaan.
Ada 3 hal yang perlu mendapat perhatian antara lain :
a.Motivasi, kecenderungan dan minat peserta.
b.Kegairahan dan kemampuan peserta
c.Harapan-harapan dan cita-cita.
6.Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar
Kebutuhan belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Yang berkaitan dengan hal ini:
a.Apa yang ingin diketahui / dipelajari
b.Sumber-sumber belajar yang dapat mendukung kebutuhan belajar masyarakat.
c.Kebutuhan belajar yang belum terungkapkan.
d.Mempertemukan kebutuhan belajar dan sumber belajar.
7.Merencanakan Penyampaian yang Tepat
Ada beberapa bentuk sistem penyampaian yang dapat digunakan dalam pengembangan program PLS :
a.Siaran pendidikan melalui radio dan televisi
b.Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
c.Sistem Belajar Jarakn Jauh
d.Buku-buku Paket dan rekaman penjelasannya.
e.Ceramah-ceramah regiuler
f.Taman Bacaan Masyarakat
g.Pameraan-pameran Pendidikan.
8.Menetapkan Tugas-Tugas Pengembangan dan Pelaksanaan Kegiatan.
Melalui diskusi bersama-sama dengan para peserta dan tokoh-tokoh masyarakat, maka dapat ditetapkan :
a.Tempat dan waktu belajar
b.Bahan belajar dan alat-alatnya
c.Cara penyajian bahan
d.Jumlah peserta
e.Nara sumber dll.
9.Melatih Calon-Calon Pelatih
Untuk keberlanjutan program PLS ini, perlu dilakukan pelatihan bagi tenaga setempat dalam beberapa jenis pengetahuan dan keterampilan yang memang diperlukan. Dalam hal ini perlu diidentifikasi tenaga-tenaga yang dapat dilayih sebagai calon pelatih.
10.Pelaksanaan Kegiatan.
Apa yang telah direncanakan, kini saatnya dilaksanakan. Mungkin saja dapat terjadi perubahan-perubahan yanag diperlukan bilamana kenyataan lapangan ada sesuatu yang sulit untuk dilaksanakan.
11.Evaluasi Program.
Evaluasi yang dimaksudkan disini adalah kegiatan untuk menilai pencapaian tujuan program sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Disamping itu pula dengan evaluasi dapat dilakukan untuk penyempurnaan program setelah mengetahui apa yang harus disempurnakan dan bagaimana menyempurnakannya.
Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah tak lepas dari konsep manajemen, dimana didalamnya terdapat komponen perencanaan. Seperti ditekankan oleh Djudju Sudjana (2000 : 56) , Penyelenggaraan manajemen PLS, :”…manajemen pendidikan luar sekolah terdiri atas enam fungsi yang berurutan. Keenam fungsi tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pembinaan, penilaian dan pengembangan”. Waterson (1965) mengemukakan bahwa pada hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar,terorganisasi, dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif tindakan guna mencapai tujuan. Perencanaan bukan kegiatan yang tersendiri melainkan merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan yang kompleks.
Fungsi dari perencanaan Pendidikan Luar Sekolah dalam pembangunan masyarakat adalah : 1) Menyusun rangkaian tindakan penyelengaraan PLS yang sistematis dalam mencapai tujuan organisasi dan lembaga pendidikan, 2) Upaya untuk mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang terbatas secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karateristik perencanaan PLS :1) model untuk menetapkan tahapan tindakan yang spesifik untuk mencapai tujuan, 2) berorientasi pada perubahan dari kondisi sekarang ke kondisi yang diharapkan oleh masyarakat atau warga belajar, 3) melibatkan seluruh warga belajar dan orang-orang tertentu ke dalam proses perubahan untuk mencapai kondisi yang diharapkan, 4) memberikan arah kapan suatu tindakan akan dilakukan, siapa akan bertanggung jawab apa, 5) disusun dengan mempertimbangkan semua faktor yang ada, seperti potensi yang ada, tingkat keberhasilan yang mungkin dicapai, faktor pendukung dan faktor penghambat serta berbagai resiko yang akan terjadi dengan tindakan yang akan dilakukan tersebut., 6) harus mempertimbangkan dan menentukan prioritas tindakan yang harus dilakukan, 7) titik awal untuk melakukan pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian, dan pengembangan.
Jenis perencanaan di antaranya adalah : 1) Perencanaan alokatif. 2). Perencanaan Inovatif; dan 3). Perencanaan Strategis, sedangkan Prinsip dalam penyusunan perencanaan PLS adalah : 1) disusun berdasarkan kesepakatan, kebijakan, kepentingan dan ke butuhan pihak yang ingin dipenuhi (misalnya pihak masyarakat), 2) mempertimbangkan perencanaan yang sudah ada, supaya berkesinambungan, 3) harus berorientasi pada pemanfaatan bahan-bahan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. 4) dilaksanakan secara menyeluruh yang mempertimbangkan semua faktor yang akan mempengaruhi pelaksanaan program PLS, seperti : faktor masukan, faktor proses, keluaran, dan dampak yang diharapkan. Tahapan penting yang perlu dilakukan dalam proses penyusunan perencanaan adalah sebagai berikut : 1) Tahap persiapan sebelum melaksanakan perencanaan, 2) Tahap pelaksanaan penyusunan perencanaan.
Pembangunan merupakan usaha-usaha yang terencana untuk menghasilkan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan itu, pembangunan menurut Pudjiwati , adalah perubahan susunan dan pola hidup masyarakat, yang di dalamnya terjadi perubahan cara pikir, sikap, dan perubahan kebiasaan hidup dalam menghadapi masa depan yang lebih baik. PLS dirancang dari kebutuhan masyarakat dan berlangsung ditengah-tengah masyarakat tanpa membatasi usia dan jenis kelamin. Karena berangkat dari kebutuhan masyarakat yang selalu berubah dan berlangsung dalam masyarakat yang memiliki keragaman karakteristik, maka isi programnya selalu mengarah pada fleksibilitas. Artinya isi program disesuaikan dengan kondisi kebutuhan masyarakat yang memerlukannya.
Perencanaan pendidikan luar sekolah dalam pembangunan harus memiliki ciri khas, diantaranya : memiliki sifat empowerman, yang bisa merubah posisi mereka dari objek pembangunan menjadi subjek dan pelaku utama proses pembangunan masyarakat. Sebelumnya masyarakat hanya sebagai objek pelaksanaan perencanaan yang disusun oleh pemerintah atau pihak luar. Seharusnya masyarakat berubah menjadi subjek dan memiliki peran utama dalam penyusuan perencanaan sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Masyarakatlah yang lebih tahu apa yang dibutuhkan untuk membangun wilayahnya. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan ini sangat penting sebab akan pembangunan di negara berkembang memiliki ciri adanya keterlibatan masyarakat yang optimal didalamnya.
Secara Khusus, beberapa langkah yang harus ditempuh dalam kerangka perencanaan PLS dalam pembangunan masyarakat, yaitu :
1.Melakukan Studi Kelayakan.
Studi kelayakan ini dimaksudkan untuk melihat kondisi daerah yang akan dijadikan sebagai lokasi sasaran. Aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain :
a.Tingkat penghidupan masyarakat
b.Sarana pendidikan yang ada.
c.Sumber mata pencaharian penduduk
d.Potensi alam dan lingkungannya
e.Kesehatan lingkungan (gizi, kondisi rumah dll.)
f.Tata cara hidup bersama, adat istiadat, kebiasaan dll.
g.Sarana peribadatan dan kegiatan-kegiatan keagamaan.
h.Sifat khas masyarakat yang menonjol.
2.Analisis Studi Kelayakan
Hasil analisis studi kelayakan ini, memberi gambaran situasi atau keadaan lokasi menurut aspek-aspek yang diteliti. Selanjutnay dapat disusun alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3.Menetapkan Daerah Pengembangan
Hasil analisis dan alternatif-alternatif yang tersedia, dapatlah ditentukan lokasi sasaran yang dapat dijadikan sebagai lokasi binaan.
4.Merumuskan Tujuan.
Setelah menetapkan lokasi sasaran, maka perlu merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan PLS.
5.Menentukan populasi sasaran
Deskripsi yang tepat mengenai populasi sasaran sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu perencanaan.
Ada 3 hal yang perlu mendapat perhatian antara lain :
a.Motivasi, kecenderungan dan minat peserta.
b.Kegairahan dan kemampuan peserta
c.Harapan-harapan dan cita-cita.
6.Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar
Kebutuhan belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Yang berkaitan dengan hal ini:
a.Apa yang ingin diketahui / dipelajari
b.Sumber-sumber belajar yang dapat mendukung kebutuhan belajar masyarakat.
c.Kebutuhan belajar yang belum terungkapkan.
d.Mempertemukan kebutuhan belajar dan sumber belajar.
7.Merencanakan Penyampaian yang Tepat
Ada beberapa bentuk sistem penyampaian yang dapat digunakan dalam pengembangan program PLS :
a.Siaran pendidikan melalui radio dan televisi
b.Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
c.Sistem Belajar Jarakn Jauh
d.Buku-buku Paket dan rekaman penjelasannya.
e.Ceramah-ceramah regiuler
f.Taman Bacaan Masyarakat
g.Pameraan-pameran Pendidikan.
8.Menetapkan Tugas-Tugas Pengembangan dan Pelaksanaan Kegiatan.
Melalui diskusi bersama-sama dengan para peserta dan tokoh-tokoh masyarakat, maka dapat ditetapkan :
a.Tempat dan waktu belajar
b.Bahan belajar dan alat-alatnya
c.Cara penyajian bahan
d.Jumlah peserta
e.Nara sumber dll.
9.Melatih Calon-Calon Pelatih
Untuk keberlanjutan program PLS ini, perlu dilakukan pelatihan bagi tenaga setempat dalam beberapa jenis pengetahuan dan keterampilan yang memang diperlukan. Dalam hal ini perlu diidentifikasi tenaga-tenaga yang dapat dilayih sebagai calon pelatih.
10.Pelaksanaan Kegiatan.
Apa yang telah direncanakan, kini saatnya dilaksanakan. Mungkin saja dapat terjadi perubahan-perubahan yanag diperlukan bilamana kenyataan lapangan ada sesuatu yang sulit untuk dilaksanakan.
11.Evaluasi Program.
Evaluasi yang dimaksudkan disini adalah kegiatan untuk menilai pencapaian tujuan program sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Disamping itu pula dengan evaluasi dapat dilakukan untuk penyempurnaan program setelah mengetahui apa yang harus disempurnakan dan bagaimana menyempurnakannya.
B.
Perencanaan Program PLS berdasarkan Model
Pesson :
1.
Pengumpulan Data
Dalam
Pengumpulan data atau pun fakta ad tiga macam data situasional yang perlu
dikumpulkan untuk menentukan situasi apa yang dihadapi oleh sesorang pengabdian
pada masyarakat. Ketiga macam data itu ialah (1) data sosial, (2) data ekonomi,
(3) data teknologi. pertama , data sosial. Data sosial diperlukan
karena dua alasan. Alasan yang pertama ialah karena data sosial dapat
menunjukkan karakteristik khalayak yang berguna untuk menentukan pendekatan
untuk menciptakan situasi belajar yang diinginkan. Termasuk ke dalam kelompok data
ini yang perlu dikumpulkan ialah tingkat antara lain, pendidikan,
karakteristik, sosial, ekonomik, pola partisipasi sosial, tradisi, kepercayaan,
dan atitud. Kedua, data ekonomi. Data
ini dapat menunjukkan area permasalahan yang relevan. Hal ini dapat dilakukan
dengan jalan menghubungkan data ekonomi lokal dengan data ekonomik regional dan
nasional, maupun internasional. Yang perlu dikumpulkan anatar lain ialah sumber
dan pola penghasilan, tanah dan penggunaannya, serta sumber daya alami lainnya.
Demikian juga dengan lingkungan fisik dan fasilitas yang tersedia pada khalayak
setempat yang dapat menunjukkan sumber daya pekerjaan mereka. Ketiga, data teknologi. Data serupa ini
dapat juga menunjukkan potensi masalah yang dihadapi oleh khalayak terutama dalam
cara bekerja yang dapat dijadikan rekomendasi oleh pendidik tenaga kependidikan
pendidikan luar sekolah.
2.
Analisis Keadaan
Untuk
menentukan keadaan apa yang dihadapi,
maka perencanaan program pengabdiaan pada masyarakat harus menganalisis
ketiga macam data yang telah diperolehnya itu. Analisis data tersebut dapat dilakukan dengan
mengorganisasikan data yang telah diperoleh dalam bentuk tabel-tabel. Dalam
hubungan ini perlu diketahui bahwa baik table sederhana maupun tabel silang
dapat digunakan. Berbagai macam perubahan yang hendak dilihat baik distribusinya
maupun dalam tabel-tabel tersebut dan analisis statiska, baik yang sederhana
maupun yang lebih rumit akan berguna.
Sekali
lagi perlu diingat bahwa tujuan analisis keadaan ialah untuk menentukan situasi
atau performans ini, kemudian akan dijadikan dasar bagi program perubahan yang
hendak diubah itu, seperti telah ditunjukkan oleh macam data yang dikumpulkan,
dapat saja berada dalam kawasan sosial, ekonomik, ataupun teknologi suatu
khalayak. Jadi tidak perlu diragukan bahwa analisis yang mendalam pada ketiga
kawasan kehidupan khalayak ini dan ketajaman awal bagi suatu program perubahan(Pesson,
1966).
3.
Identifikasi Masalah
Seperti
telah diuraikan pada bagian terdahulu, potensi masalah ditunjukkan oleh
kesenjangan ini dapat kita lakukan apabila data tentang situasi saat ini
dibandingkan ataupun dihubungkan dengan data tentang situasi yang diinginkan.
Jika kesenjangan yang di peroleh itu dianggap penting, relevan dengan apa yang
dikehendaki maka kesenjangan tersebut pantas dijadikan masalah (Pesson, 1966).
Dalam
hubungan ini, Pesson (1966) kembali mengingatkan bahwa dalam proses
pengidentifikasian area permasalahan itu, akan diperoleh lebih dari suatu
kesenjangan. Dengan kata lain, akan ada lebih dari suatu masalah. Terdapatnya
lebih dari satu masalah ini akan menimbulkan pertanyaan masalah mana yang harus
dipecahkan terlebih dahulu. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa
kita dituntut untuk menentukan prioritas masalah-masalah yang dihadapi, caranya
ialah dengan menentukan manfaat yang baik pada khalayak pendidikan luar
sekolah.
4.
Perumusan Tujuan
Pesson
(1966) menunjukkan bahwa akhir suatu proses perencanaan program ialah berupa
keputusan tentang tujuan program tersebut. Yang secara sederhana dapat
dinyatakan sebagai apa yang hendak dikerjakan dengan siapa. Sebagaimana telah
diuraikan pada bagian sebelumnya, dalam proses ini kita akan menghadapi banyak
masalah yang akan dilahirkan lebih banyak lagi tujuan. Tujuan-tujuan ini harus
disaring terlebih dahulu untuk menentukan tujuan mana yang sebenarnya layak
dijadikan tujuan suatu program pendidikan
luar sekolah. Dalam usaha memutuskan tujuan mana yang akan dipilih
sebagai tujuan program, Pesson menganjurkan agar kita menggunakan dua macam
saringan yang dianjurkan oleh Tyler. Kedua macam saringan itu ialah falsafah
pendidikan dan psikologi pendidikan. Misalnya saja memerjuangkan kehidupan yang
lebih banyak bagi masyarakat yang kurang beruntung merupakan tujuan yang hendak
di capai oleh lembaga penyelenggara pendidikan luar sekolah, dan demikian juga
halnya dengan mengembangkan warga kurang beruntung.
Kedua hal ini dapat digunakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan luar
sekolah pada masyarakat sebagai kriteria untuk memilih tujuan-tujuan mana yang
lebih diinginkan. Melalui cara ini maka prioritas yang diperoleh akan konsisten
dengan nilai-nilai falsafah program tersebut dan komunitas yang dijadikan
khalayak sasaran.
Tyler
(dalam Pesson, 1966 ) selanjutnya menyarankan agar tujuan program-program
pendidikan luar sekolah itu juga konsisten dengan kondisi belajar khalayak.
Misalnya saja, perubahan perilaku yang diharapkan terjadi haruslah berada dalam
batas-batas kemampuan khalayak, dan perilaku tersebut harus dapat dipraktekkan
oleh khalayak. Selanjutnya disarankan pula agar pengalaman belajar baru itu,
hendaknya dikembangkan atas dasar perilaku baru itu dapat memeberikan khalayak
kepuasan. Disamping itu pun, bagi perencana program pendidikan luar sekolah.
Tyler juga menyarankan agar perilaku baru yang hendak dibentuk khalayak itu
dapat diamati dan diukur secara empirik.
5.
Perencanaan Kegiatan
Perencanaan
sebagai kegiatan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan, perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : pertama,
perencanaan disusun berdasarkan kebijakan
dan kebutuhan apa dan siapa yang
ingin dipenuhi. Hal ini berarti bahwa penyusunan program pendidikan luar
sekolah harus diawali dengan mengidentifikasi kebutuhan belajar dan
karakteristik sasaran, sehingga perencanaan yang disusun merupakan penjabaran
kebijakan yang telah ditetapkan. Kedua,
konsistensi, yang berarti bahwa perencanaan disusun dengan memperhatikan
rencana yang telah disusun, sehingga kegiatan yang direncanakan itu
berkesinambungan dengan kegiatan yang sebelumnya. Ketiga,berdaya guna dan berhasil guna, berarti bahwa perencanaan
harus berorientasi pada pemanfaatan sumber daya yang ada secara cermat dengan
hasil yang seoptimal mungkin. Dengan demikian, kegiatan penyusunan rencana
harus memperhatikan dan mengikutsertakan kemampuan masyarakat sehingga sumber daya
yang ada pada masyarakat dapat dilibatkan dalam pelaksanaannya. Keempat, menyuruh, dalam arti bahwa
dalam perencanaan program pendidikan luar sekolah perlu mempertimbangkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program seperti masukan,
proses, keluaran, dan dampak program pendidikan luar sekolah. Dalam masukan
lingkungan misalnya, perlu diperhatikan faktor lingkungan sosial budaya,
lingkungan alam hayati dan non hayati, serta lingkungan buatan.
6.
Pelaksanaan Rencana
Kegiatan
Pelaksanaan
suatu strategi yang di dalamnya mengandung berbagai rencana aksi atau program,
maka terlebih dahulu dilakukan analisis kelayakan untuk menentukan program mana
yang layak untuk dilaksanakan. Analisis kelayakan mencakup dua aspek, yaitu
analisis sumber daya dan analisis pemangku kepentingan. Analisis sumber daya
dimaksudkan untuk mengetahui bahwa program yang dipilih mendapat dukungan dari
berbagai pihak, baik yang berperan sebagai pelaksana, penerima, dan pengguna
hasil program yang dimaksud.
Analisis
pemangku kepentingan dilakukan dengan menganalisis kedudukan masing-masing
pemangku kepentingan. Hasil analisis menunjukkan pemangku kepentingan memiliki
posisi (menentukan untuk menyediakan dana, hubungan, fasilitas ) dan skills
(penegtahuan, dll), yang memberikan pengaruh pada program tersebut. Artinya
pemangku kepentingan memiliki andil dalam melaksanakan strategi yang dipilih.
Pemangku kepentingan dapat ditinjau dari empat golongan, yaitu, 1) pemangku
kepentingan yang memiliki kemampuan (posisi) kuat dan skill yang kuat pula; 2)
pemangku kepentingan yang memiliki posisis kuat, tetapi lemah dalam
keterampilan; 3) pemangku kepentingan yang memiliki keterampilan kuat, tetapi
posisisnya lemah, dan 4) pemangku kepentingan posisi dan keterampilan sama-sama
lemah.
Aspek
sumber daya juga menjadi pertimbangan dalam penentuan pelaksanaan rencana aksi
(program kegiatan) yang tepat. Sumber daya yang dimiliki diperhitungkan karena
pertimbangan potensi (mendapatkan ketersedian dana) dan pentingnya sumber daya
tersebut. Ada empat kelompok sumber daya sebagai pertimbangan, yaitu: 1) sumber
daya yang penting untuk disediakan dan potensi mendapatkannya; 2) sumber daya
yang tingkat kepentingan rendah tetapi potensi mendapatkannya kuat; 3) sumber
daya yang tidak (kurang) penting dan potensi mendapatkannya mudah (kuat); 4)
sumber daya yang potensi dan kepentingannya rendah, tetapi untuk mendapatkannya
sulit. Dengan demikian, idealnya sebuah rencana aksi dilakukan apabila hasil
analisis kelayakan menunjukkan bahwa terdapat sumber daya potensi mudah dan
banyak terdapat khususnya sumber daya penting, dan terdapat pemangku
kepentingan yang memiliki potensi dan posisi penting.
7.
Rincian Perkembangan
Kegiatan
Pad
tahap ini menjelaskan bagaimana proses evaluasi dalam presentasi keterampilan.
Setiap program itu tidak selalu mudah tetapi penuh dengan hambatan dan faktor
pendukung, maka pada bagian ini menjelaskan bagaimana apa dan dimana faktor
pengahambat dan pendukung itu terjadi. Pada tahap ini pengelola atau pun
pendidik dapt mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam program yang
dilaksanakan.
8.
Rekonsiderasi (Usulan
Penyempurnaan)
Setiap
program yang dilaksanakan pasti ada rekonsiderasi (usulan penyempurnaan)
sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan. Dalam hal ini yang disempurnakan berupa materi, metode, sumber
belajar maupun hal lainnya. Dalam hal ini juga mengandung saran serta tindak
lanjut dari program yang dilaksanakan agar selanjutnya ada peerkembangan yang
dilakukan sehingga program lebih baik.
BAB
III
PERENCANAAN
PROGRAM KETERAMPILAN MENJAHIT PAKAIAN WANITA BAGI IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK
BEKERJA
A.
Pengumpulan
Data
a.
Jumlah ibu rumah tangga
yang tidak bekerja
Dari
hasil kami menganalisis data di Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten
Deli Serdang kami mengambil sampel 25 orang dari beberapa dusun yang ada didesa
tersebut.
b.
Adapun kebutuhan
belajar ibu rumah tangga di Desa Laut Dendang,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten, Deli Serdang adalah sebagai
berikut :
No
|
Jenis
keterampilan
|
Jumlah
|
1
|
Keterampilan
menjahit
|
9
|
2
|
Keterampilan
membuat kue basah
|
5
|
3
|
Keterampilan
membuat kue kering
|
4
|
4
|
Kursus
salon
|
2
|
5
|
Keterampilan
memasak sayur
|
2
|
6
|
Keterampilan
memasak gulai
|
2
|
7
|
Keterampilan
memasak nasi goreng
|
1
|
Dari
tabel diatas dapat kita simpulkan ada 9 orang ibu rumah tangga yang butuh
keterampilan menjahit.
c.
Kondisi sosial ekonomi
Ibu
rumah tangga di Desa Laut Dendang Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang.
Rata-rata
suami mereka bekerja sebagai petani, buruh pabrik, wiraswasta, dll
B.
Analisis
Keadaan
a.
Ibu rumah tangga
Rata-rata
ibu rumah tangga di Desa Laut Dendang Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang
banyak tidak bekerja. Dari analisis kami ada
3 orang lulusan SD, 12 orang yang
tamatan SMP dan 10 orang lulusan SMA.
C.
Identifikasi
Masalah
a.
Banyaknya ibu rumah
tangga yang tidak bekerja
b.
Banyaknya ibu rumah
tangga yang tidak punya keterampilan
c.
Banyaknya keluarga yang
berekonomi lemah
d.
Banyak ibu rumah tangga
yang butuh keterampilan tetapi tidak memiliki biaya dan tidak diberdayakan
e.
Tidaknya tersedianya
sumber belajar bagi ibu rumah tangga
D.
Perumusan
Tujuan
a.
Untuk memberikan
keterampilan menjahit pakaian wanita bagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
b.
Untuk memberdayakan ibu
rumah tangga yang butuh akan keterampilan menjahit pakaian wanita
c.
Untuk memberikan sumber
belajar yaitu program keterampilan menajahit pakaian wanita.
d.
Untuk membantu menambah
perekonomian keluarga yang ada di Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang.
E.
Perencanaan
Kegiatan
a.
Sasaran Program.
Sasaran
program adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja di Desa Laut Dendang, Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Tempat
Pelaksanaan
b.
Tempat pelaksanaan
program ini adalah di Balai Desa atau di kantor Kepala Desa Laut Dendang,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
c.
Waktu Pelaksanaan
Di
laksanakan 3 kali dalam seminggu pada hari selasa, rabu dan kamis dan pada
pukul 16.00 WIB s/d 17.00.
d.
Penyelenggara
Penyelenggara
: Muhammad EL Alawi ( penyelenggara )
Pendidik
: Ibu Ati
: Ibu Yani
e.
Program.
Programnya
adalah program keterampilan mmenjahit pakaian wanita bagi ibu rumah tangga yang
tidak bekerja.
F.
Pelaksanaan
Rencana Kegiatan
f.
Sasaran Program.
Sasaran
program adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja di Desa Laut Dendang, Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Tempat
Pelaksanaan
g.
Tempat pelaksanaan
program ini adalah di Balai Desa atau di kantor Kepala Desa Laut Dendang,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
h.
Waktu Pelaksanaan
Di
laksanakan 3 kali dalam seminggu pada hari selasa, rabu dan kamis dan pada
pukul 16.00 WIB s/d 17.00.
i.
Penyelenggara
Penyelenggara
: Muhammad EL Alawi ( penyelenggara )
Pendidik
: Ibu Ati
: Ibu Yani
j.
Bagaimana cara
pembelajaran
1.
Metode
Metode
yang digunakan akan adalah metode demonstrasi yaitu bagaimana mempraktekkan
menjahit pakaian wanita dari konsep sampai dengan pemahaman dalam praktek.
2.
Strategi
Yaitu
merencanakan terlebih dahulu bahan dan alat seperti motif warna, jenis kain,
mesin jahit, jarum dan lain sebagainya
3.
Teknik
Teknik
yang digunakan adalah Teknik Pelatihan
Keterampilan Praktis dan Kepelatihan yaitu melatih keterampilan menjahit
pakaian dengan pemahaman dalam prakteknya.
4.
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan pada saat sebelum program dilaksanakan, pada saat dilaksanakan dan
sesudah program dilaksanakan, sehingga program dapat di lihat dari segi
efektivitas, kelayaakan, efesien dan relevansinya.
G.
Rincian
Pengembangan Program
a.
Evaluasi proses persentasi
program keterampilan menjahit pakaian wanita bagi ibu rumah tangga yang tidak
bekerja.
Evaluasi
program dilakukan pada saat program direncanakan, dilaksanaan dan sesudah
program dilaksanakan. Evaluasi mencakup dari segi materi, pemahaman, eektivitas,
relevansi, efesiensi dan kelayakan serta dampak belajar bagi warga belajarnya
yaitu ibu rumah tangga.
b.
Faktor pendukung dan
penghambat
Ø Faktor
pendukung
1.
Adanya persetujuan dan
dukungan dari Kepala Desa Laut Dendang yaitu Bapak Suwardi sehingga program ini
bisa dilaksanakan
2.
Adanya dukungan dari
keluarga yaitu suami dan anak bagi ibu rumah tangga diDesa Laut Dendang
sehingga dapat membantu perekonomian keluarga dan dapat lebih mandiri.
3.
Adanya keinginan atau
kebutuhan dan motivasi bagi sebagian ibu rumah tangga untuk belajar
keterampilan menjahit pakaian wanita.
Ø Fakor
penghambat
1.
Kurangnya motivasi atau
keinginan ibu rumah tangga untuk melatih keterampilan menjahit
2.
Faktor pekerjaan dan
waktu yang membuat ibu rumah tangga sedikit tidak mau dalam belajar
keterampilan,ataupun karena faktor keluarga suami dan anak.misal ananknya masi
kecil atau jatuh sakit serta suami yang kurang setuju atau tidak mengizinkan
istrinya untuk belajar keterampilan karena takut anaknya tidak terurusi.
3.
Kurangnya sarana
belajar keterampilan dan pendidik kursus menjahit, dikarenakan faktor biaya
yang besar jika belajar keterampilan menjahit.
H.
Rekonsiderasi
(Usulan Penyempurnaan)
1.
Saran dan Tindak lanjut
Program
keterampilan menjahit pakaian wanita bagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja
sebaiknya harus diperhatikan dulu keadaan ibu rumah tangga yang ada di Desa
Laut Dendang Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang dari segi efesiensi,
efektivitas, kelayakan serta relevansi program tersebut dengan sasaran belajarnya.
Kemudian program tersbut harus ada tindak lanjutnya sehingga program tersebut
tetap aktif seperti membuat kelompok keterampilan menjahit bagi ibu rumah
tangga.
2.
Perbaikan
a.
Materi
Materi
harus dievaluasi dari segi efektivitas dan relevansinya sehingga memberi
pengaruh yang baik kepada sasaran belajar. warga belajar juga mendapatkan
pemahaman dan pengetahuan yang baik sehingga memiliki life skill yang dia
pelajari.
b.
Metode
Dalam
pelaksanann program harus dilihat dari aspek metode (apakah metode itu cocok
atau tidak, apakah efektif atau tidak) sehingga ini dapat dievaluasi oleh
pendidiknya mapun pengelola.
c.
Sumber belajar
Sumber
belajar bisa didapatkan dari mana saja baik itu pendidik, ibu rumah tangga,
insruktur kursus, buku pedoman, video, pengalaman dan lain sebagainya.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
perencanaan program ini kami dapat menyimpulkan bahwa dalam perencanaan program
data yang dianalisis harus berdasarkan
yang ad di lapangan. Dalam perencanaan program itu harus bertahap dalam
penyusunannya sehingga program itu jelas secara komprehensif. Program
keterampilan menjahit pakaian wanita diperuntukkan untuk ibu rumah tangga yang
ada di Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang
agar bisa berdaya da membantu dan membantu perekonomian keluarga. Dalam
pelaksanaan program ini tidaklah mudah karena harus diperhatikan dari segi efektivitasnya, relevansinya,
efesiensinya dan kelayakannya sehingg program yang dirumuskan benar bisa
mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan program ini memberi sumbangsih
yang positif bagi sasaran belajarnya bahkan Kepala Desa sehingga dapat membantu
perkembangan pembangunan Desa Laut Dendang.
B. Saran
Dalam
penyusunan program ini mungkin mendapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penyusunan ataupun perumusan program. Oleh karena itu kami menhrapkan kritik
dan saran sehingga kedepannya program ini bisa dievaluasi lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Yusnadi(2012).
Perencanaan Program Pendidikan Luar
Sekolah. Medan : Universitas Negeri Medan.
http://flairyzah.blogspot.com/2010/05/perencanaan-pls-pnf-dalam-pembangunan.html
Bagus tulisannya dek, lebih ditingkatkan lagi yaa. Dan sering" posting tulisan juga, biar bisa jadi referensi untuk yang lain. Semangaaatt..!!!
BalasHapus