Senin, 10 Februari 2014

PERENCANAAN PROGRAM PLS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.

            Dalam  UU No. 20 tahun 2003, tentang Sisdiknas, dinyatakan bahwa pendidikan nasional diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan informal. Melalui jalur pendidikan nonformal, pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), yang kini berubah nama menjadi Dirjen PAUDNI berusaha memberdayakan masyarakat melalui program-program PLS. Melihat banyaknya potensi yang ada di masyarakat Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, namun banyak ibu rumah tangga yang tidak bekerja, tetapi hanya kerjanya memasak di dapur demi keluarganya. Oleh karena itu kami dari mahasiswa PLS Ekstensi 2012 merencanakan suatu Program untuk ibu rumah tangga yang mana setelah kami menganalisis di lapangan ternyata hampir 60 % ibu rumah tangga memilih keterampilan menjahit pakaian wanita bagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
            Adapun sampel yang kami analisis yaitu berjumlah 25 orang yang mana itu terdiri dari : keterampilan menjahit pakaian wanita sekitar 9 orang, keterampilan membuat kue basah 5 orang, keterampilan membuat kue kering 4 orang, kursus salon 2 orang, keterampilan memasak sayur 2 orang, keterampilan memasak gulai 2 orang, keterampilan memasak nasi goreng 1 orang. Alasan kami kenapa perlunya program ini adalah agar ibu rumah tangga bisa di berdayakan sehingga mampu atau dapat memiliki keterampilan menjahit pakaian wanita yang mana bisa membantu perekonomian keluargannya. Program ini sangatlah penting jika dilaksanakan karena dapat membantu ibu rumah tangga dalam membantu perekonomian keluarganya. Selain itu dengan adanya program keterampilan menjahit ini bisa meningkatkan partisipasi masyarakat terkhusus ibu rumah tangga yang ada di Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Kami melihat cukup banyak potensi yang ada di Desa Laut Dendang, namun setelah kami menganalisis di lapangan kami melihat cukup tinggi partisipasi ibu-ibu yang ada di Desa Laut Dendang. Dari sekian banyak ibu rumah tangga yang kami wawancarai mereka lebih banyak memilih keterampilan menjahit pakaian wanita, oleh karena itu kami memilih program keterampilan menjahit pakain wanita karena lebih banyak yang membutuhkan. Kami yakin dengan program keterampilan menjahit pakai wanita dapat memberikan pengaruh yang positif baik itu bagi ibu rumah tangga yang ada di Desa Laut Dendang, bagi Kepala Desa serta bagi kami sehingga dapat membangun, membantu dan memberdayakan ibu-ibu yang ada di Desa Laut Dendang untuk kemanfaatan dalam kehidupan keluarga mereka.

B.     Rumusan Masalah
1.      Banyaknya ibu rumah tangga yang tidak bekerja
2.      Banyaknya ibu rumah tangga yang tidak memiliki keterampilan
3.      Banyaknya ibu rumah tangga yang ingin memiliki keterampilan tetapi tidak mempunyai biaya


C.    Tujuan
1.      Agar ibu rumah tangga dapat bekerja sehingga dapat membantu perekonomian keluarganya
2.      Agar ibu rumah tangga dapat memiliki keterampilan menjahit pakaian wanita
3.      Agar ibu rumah tangga mampu mandiri atau berdaya









BAB II
KAJIAN, KONSEP DAN  MODEL PERENCANAAN PROGRAM PLS
A.    Kajian dan Konsep Perencanaan PLS
Perencanaan merupakan titik awal dari sebuah proses pelaksanaan program. Perencanaan memiliki peran penting dalam penentuan keberhasilan sebuah pelaksanaan program. Perencanaan, merupakan bagian dari bagian proses manajemen dimana didalam proses manajemen terdapat dungsi pelaksanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pembinaan, penilaian dan pengembangan”.
Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah tak lepas dari konsep manajemen, dimana didalamnya terdapat komponen perencanaan. Seperti ditekankan oleh Djudju Sudjana (2000 : 56) , Penyelenggaraan manajemen PLS, :”…manajemen pendidikan luar sekolah terdiri atas enam fungsi yang berurutan. Keenam fungsi tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pembinaan, penilaian dan pengembangan”. Waterson (1965) mengemukakan bahwa pada hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar,terorganisasi, dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif tindakan guna mencapai tujuan. Perencanaan bukan kegiatan yang tersendiri melainkan merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan yang kompleks.
Fungsi dari perencanaan Pendidikan Luar Sekolah dalam pembangunan masyarakat adalah : 1) Menyusun rangkaian tindakan penyelengaraan PLS yang sistematis dalam mencapai tujuan organisasi dan lembaga pendidikan, 2) Upaya untuk mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang terbatas secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karateristik perencanaan PLS :1) model untuk menetapkan tahapan tindakan yang spesifik untuk mencapai tujuan, 2) berorientasi pada perubahan dari kondisi sekarang ke kondisi yang diharapkan oleh masyarakat atau warga belajar, 3) melibatkan seluruh warga belajar dan orang-orang tertentu ke dalam proses perubahan untuk mencapai kondisi yang diharapkan, 4) memberikan arah kapan suatu tindakan akan dilakukan, siapa akan bertanggung jawab apa, 5) disusun dengan mempertimbangkan semua faktor yang ada, seperti potensi yang ada, tingkat keberhasilan yang mungkin dicapai, faktor pendukung dan faktor penghambat serta berbagai resiko yang akan terjadi dengan tindakan yang akan dilakukan tersebut., 6) harus mempertimbangkan dan menentukan prioritas tindakan yang harus dilakukan, 7) titik awal untuk melakukan pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian, dan pengembangan.
Jenis perencanaan di antaranya adalah : 1) Perencanaan alokatif. 2). Perencanaan Inovatif; dan 3). Perencanaan Strategis, sedangkan Prinsip dalam penyusunan perencanaan PLS adalah : 1) disusun berdasarkan kesepakatan, kebijakan, kepentingan dan ke butuhan pihak yang ingin dipenuhi (misalnya pihak masyarakat), 2) mempertimbangkan perencanaan yang sudah ada, supaya berkesinambungan, 3) harus berorientasi pada pemanfaatan bahan-bahan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. 4) dilaksanakan secara menyeluruh yang mempertimbangkan semua faktor yang akan mempengaruhi pelaksanaan program PLS, seperti : faktor masukan, faktor proses, keluaran, dan dampak yang diharapkan. Tahapan penting yang perlu dilakukan dalam proses penyusunan perencanaan adalah sebagai berikut : 1) Tahap persiapan sebelum melaksanakan perencanaan, 2) Tahap pelaksanaan penyusunan perencanaan.
Pembangunan merupakan usaha-usaha yang terencana untuk menghasilkan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan itu, pembangunan menurut Pudjiwati , adalah perubahan susunan dan pola hidup masyarakat, yang di dalamnya terjadi perubahan cara pikir, sikap, dan perubahan kebiasaan hidup dalam menghadapi masa depan yang lebih baik. PLS dirancang dari kebutuhan masyarakat dan berlangsung ditengah-tengah masyarakat tanpa membatasi usia dan jenis kelamin. Karena berangkat dari kebutuhan masyarakat yang selalu berubah dan berlangsung dalam masyarakat yang memiliki keragaman karakteristik, maka isi programnya selalu mengarah pada fleksibilitas. Artinya isi program disesuaikan dengan kondisi kebutuhan masyarakat yang memerlukannya.
Perencanaan pendidikan luar sekolah dalam pembangunan harus memiliki ciri khas, diantaranya : memiliki sifat empowerman, yang bisa merubah posisi mereka dari objek pembangunan menjadi subjek dan pelaku utama proses pembangunan masyarakat. Sebelumnya masyarakat hanya sebagai objek pelaksanaan perencanaan yang disusun oleh pemerintah atau pihak luar. Seharusnya masyarakat berubah menjadi subjek dan memiliki peran utama dalam penyusuan perencanaan sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Masyarakatlah yang lebih tahu apa yang dibutuhkan untuk membangun wilayahnya. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan ini sangat penting sebab akan pembangunan di negara berkembang memiliki ciri adanya keterlibatan masyarakat yang optimal didalamnya.
Secara Khusus, beberapa langkah yang harus ditempuh dalam kerangka perencanaan PLS dalam pembangunan masyarakat, yaitu :
1.Melakukan Studi Kelayakan.
Studi kelayakan ini dimaksudkan untuk melihat kondisi daerah yang akan dijadikan sebagai lokasi sasaran. Aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain :
a.Tingkat penghidupan masyarakat
b.Sarana pendidikan yang ada.
c.Sumber mata pencaharian penduduk
d.Potensi alam dan lingkungannya
e.Kesehatan lingkungan (gizi, kondisi rumah dll.)
f.Tata cara hidup bersama, adat istiadat, kebiasaan dll.
g.Sarana peribadatan dan kegiatan-kegiatan keagamaan.
h.Sifat khas masyarakat yang menonjol.
2.Analisis Studi Kelayakan
Hasil analisis studi kelayakan ini, memberi gambaran situasi atau keadaan lokasi menurut aspek-aspek yang diteliti. Selanjutnay dapat disusun alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3.Menetapkan Daerah Pengembangan
Hasil analisis dan alternatif-alternatif yang tersedia, dapatlah ditentukan lokasi sasaran yang dapat dijadikan sebagai lokasi binaan.
4.Merumuskan Tujuan.
Setelah menetapkan lokasi sasaran, maka perlu merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan PLS.
5.Menentukan populasi sasaran
Deskripsi yang tepat mengenai populasi sasaran sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu perencanaan.
Ada 3 hal yang perlu mendapat perhatian antara lain :
a.Motivasi, kecenderungan dan minat peserta.
b.Kegairahan dan kemampuan peserta
c.Harapan-harapan dan cita-cita.
6.Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar
Kebutuhan belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Yang berkaitan dengan hal ini:
a.Apa yang ingin diketahui / dipelajari
b.Sumber-sumber belajar yang dapat mendukung kebutuhan belajar masyarakat.
c.Kebutuhan belajar yang belum terungkapkan.
d.Mempertemukan kebutuhan belajar dan sumber belajar.
7.Merencanakan Penyampaian yang Tepat
Ada beberapa bentuk sistem penyampaian yang dapat digunakan dalam pengembangan program PLS :
a.Siaran pendidikan melalui radio dan televisi
b.Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
c.Sistem Belajar Jarakn Jauh
d.Buku-buku Paket dan rekaman penjelasannya.
e.Ceramah-ceramah regiuler
f.Taman Bacaan Masyarakat
g.Pameraan-pameran Pendidikan.
8.Menetapkan Tugas-Tugas Pengembangan dan Pelaksanaan Kegiatan.
Melalui diskusi bersama-sama dengan para peserta dan tokoh-tokoh masyarakat, maka dapat ditetapkan :
a.Tempat dan waktu belajar
b.Bahan belajar dan alat-alatnya
c.Cara penyajian bahan
d.Jumlah peserta
e.Nara sumber dll.
9.Melatih Calon-Calon Pelatih
Untuk keberlanjutan program PLS ini, perlu dilakukan pelatihan bagi tenaga setempat dalam beberapa jenis pengetahuan dan keterampilan yang memang diperlukan. Dalam hal ini perlu diidentifikasi tenaga-tenaga yang dapat dilayih sebagai calon pelatih.
10.Pelaksanaan Kegiatan.
Apa yang telah direncanakan, kini saatnya dilaksanakan. Mungkin saja dapat terjadi perubahan-perubahan yanag diperlukan bilamana kenyataan lapangan ada sesuatu yang sulit untuk dilaksanakan.
11.Evaluasi Program.
Evaluasi yang dimaksudkan disini adalah kegiatan untuk menilai pencapaian tujuan program sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Disamping itu pula dengan evaluasi dapat dilakukan untuk penyempurnaan program setelah mengetahui apa yang harus disempurnakan dan bagaimana menyempurnakannya.

B.      Perencanaan Program PLS berdasarkan Model Pesson :
1.      Pengumpulan Data
            Dalam Pengumpulan data atau pun fakta ad tiga macam data situasional yang perlu dikumpulkan untuk menentukan situasi apa yang dihadapi oleh sesorang pengabdian pada masyarakat. Ketiga macam data itu ialah (1) data sosial, (2) data ekonomi, (3) data teknologi. pertama         , data sosial. Data sosial diperlukan karena dua alasan. Alasan yang pertama ialah karena data sosial dapat menunjukkan karakteristik khalayak yang berguna untuk menentukan pendekatan untuk menciptakan situasi belajar yang diinginkan. Termasuk ke dalam kelompok data ini yang perlu dikumpulkan ialah tingkat antara lain, pendidikan, karakteristik, sosial, ekonomik, pola partisipasi sosial, tradisi, kepercayaan, dan atitud. Kedua, data ekonomi. Data ini dapat menunjukkan area permasalahan yang relevan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menghubungkan data ekonomi lokal dengan data ekonomik regional dan nasional, maupun internasional. Yang perlu dikumpulkan anatar lain ialah sumber dan pola penghasilan, tanah dan penggunaannya, serta sumber daya alami lainnya. Demikian juga dengan lingkungan fisik dan fasilitas yang tersedia pada khalayak setempat yang dapat menunjukkan sumber daya pekerjaan mereka. Ketiga, data teknologi. Data serupa ini dapat juga menunjukkan potensi masalah yang dihadapi oleh khalayak terutama dalam cara bekerja yang dapat dijadikan rekomendasi oleh pendidik tenaga kependidikan pendidikan luar sekolah.

2.      Analisis Keadaan
            Untuk menentukan keadaan apa yang dihadapi,  maka perencanaan program pengabdiaan pada masyarakat harus menganalisis ketiga macam data yang telah diperolehnya itu. Analisis  data tersebut dapat dilakukan dengan mengorganisasikan data yang telah diperoleh dalam bentuk tabel-tabel. Dalam hubungan ini perlu diketahui bahwa baik table sederhana maupun tabel silang dapat digunakan. Berbagai macam perubahan yang hendak dilihat baik distribusinya maupun dalam tabel-tabel tersebut dan analisis statiska, baik yang sederhana maupun yang lebih rumit akan berguna.
            Sekali lagi perlu diingat bahwa tujuan analisis keadaan ialah untuk menentukan situasi atau performans ini, kemudian akan dijadikan dasar bagi program perubahan yang hendak diubah itu, seperti telah ditunjukkan oleh macam data yang dikumpulkan, dapat saja berada dalam kawasan sosial, ekonomik, ataupun teknologi suatu khalayak. Jadi tidak perlu diragukan bahwa analisis yang mendalam pada ketiga kawasan kehidupan khalayak ini dan ketajaman awal bagi suatu program perubahan(Pesson, 1966).

3.      Identifikasi Masalah
            Seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu, potensi masalah ditunjukkan oleh kesenjangan ini dapat kita lakukan apabila data tentang situasi saat ini dibandingkan ataupun dihubungkan dengan data tentang situasi yang diinginkan. Jika kesenjangan yang di peroleh itu dianggap penting, relevan dengan apa yang dikehendaki maka kesenjangan tersebut pantas dijadikan masalah (Pesson, 1966).
            Dalam hubungan ini, Pesson (1966) kembali mengingatkan bahwa dalam proses pengidentifikasian area permasalahan itu, akan diperoleh lebih dari suatu kesenjangan. Dengan kata lain, akan ada lebih dari suatu masalah. Terdapatnya lebih dari satu masalah ini akan menimbulkan pertanyaan masalah mana yang harus dipecahkan terlebih dahulu. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa kita dituntut untuk menentukan prioritas masalah-masalah yang dihadapi, caranya ialah dengan menentukan manfaat yang baik pada khalayak pendidikan luar sekolah.

4.      Perumusan Tujuan
            Pesson (1966) menunjukkan bahwa akhir suatu proses perencanaan program ialah berupa keputusan tentang tujuan program tersebut. Yang secara sederhana dapat dinyatakan sebagai apa yang hendak dikerjakan dengan siapa. Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, dalam proses ini kita akan menghadapi banyak masalah yang akan dilahirkan lebih banyak lagi tujuan. Tujuan-tujuan ini harus disaring terlebih dahulu untuk menentukan tujuan mana yang sebenarnya layak dijadikan tujuan suatu program pendidikan  luar sekolah. Dalam usaha memutuskan tujuan mana yang akan dipilih sebagai tujuan program, Pesson menganjurkan agar kita menggunakan dua macam saringan yang dianjurkan oleh Tyler. Kedua macam saringan itu ialah falsafah pendidikan dan psikologi pendidikan. Misalnya saja memerjuangkan kehidupan yang lebih banyak bagi masyarakat yang kurang beruntung merupakan tujuan yang hendak di capai oleh lembaga penyelenggara pendidikan luar sekolah, dan demikian juga halnya dengan mengembangkan warga kurang beruntung. Kedua hal ini dapat digunakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan luar sekolah pada masyarakat sebagai kriteria untuk memilih tujuan-tujuan mana yang lebih diinginkan. Melalui cara ini maka prioritas yang diperoleh akan konsisten dengan nilai-nilai falsafah program tersebut dan komunitas yang dijadikan khalayak sasaran.
            Tyler (dalam Pesson, 1966 ) selanjutnya menyarankan agar tujuan program-program pendidikan luar sekolah itu juga konsisten dengan kondisi belajar khalayak. Misalnya saja, perubahan perilaku yang diharapkan terjadi haruslah berada dalam batas-batas kemampuan khalayak, dan perilaku tersebut harus dapat dipraktekkan oleh khalayak. Selanjutnya disarankan pula agar pengalaman belajar baru itu, hendaknya dikembangkan atas dasar perilaku baru itu dapat memeberikan khalayak kepuasan. Disamping itu pun, bagi perencana program pendidikan luar sekolah. Tyler juga menyarankan agar perilaku baru yang hendak dibentuk khalayak itu dapat diamati dan diukur secara empirik.

5.      Perencanaan Kegiatan
            Perencanaan sebagai kegiatan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan, perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai  berikut : pertama, perencanaan disusun berdasarkan kebijakan dan kebutuhan apa dan siapa yang ingin dipenuhi. Hal ini berarti bahwa penyusunan program pendidikan luar sekolah harus diawali dengan mengidentifikasi kebutuhan belajar dan karakteristik sasaran, sehingga perencanaan yang disusun merupakan penjabaran kebijakan yang telah ditetapkan. Kedua, konsistensi, yang berarti bahwa perencanaan disusun dengan memperhatikan rencana yang telah disusun, sehingga kegiatan yang direncanakan itu berkesinambungan dengan kegiatan yang sebelumnya. Ketiga,berdaya guna dan berhasil guna, berarti bahwa perencanaan harus berorientasi pada pemanfaatan sumber daya yang ada secara cermat dengan hasil yang seoptimal mungkin. Dengan demikian, kegiatan penyusunan rencana harus memperhatikan dan mengikutsertakan kemampuan masyarakat sehingga sumber daya yang ada pada masyarakat dapat dilibatkan dalam pelaksanaannya. Keempat, menyuruh, dalam arti bahwa dalam perencanaan program pendidikan luar sekolah perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program seperti masukan, proses, keluaran, dan dampak program pendidikan luar sekolah. Dalam masukan lingkungan misalnya, perlu diperhatikan faktor lingkungan sosial budaya, lingkungan alam hayati dan non hayati, serta lingkungan buatan.
                                                                                                            

6.      Pelaksanaan Rencana Kegiatan
            Pelaksanaan suatu strategi yang di dalamnya mengandung berbagai rencana aksi atau program, maka terlebih dahulu dilakukan analisis kelayakan untuk menentukan program mana yang layak untuk dilaksanakan. Analisis kelayakan mencakup dua aspek, yaitu analisis sumber daya dan analisis pemangku kepentingan. Analisis sumber daya dimaksudkan untuk mengetahui bahwa program yang dipilih mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik yang berperan sebagai pelaksana, penerima, dan pengguna hasil program yang dimaksud.
            Analisis pemangku kepentingan dilakukan dengan menganalisis kedudukan masing-masing pemangku kepentingan. Hasil analisis menunjukkan pemangku kepentingan memiliki posisi (menentukan untuk menyediakan dana, hubungan, fasilitas ) dan skills (penegtahuan, dll), yang memberikan pengaruh pada program tersebut. Artinya pemangku kepentingan memiliki andil dalam melaksanakan strategi yang dipilih. Pemangku kepentingan dapat ditinjau dari empat golongan, yaitu, 1) pemangku kepentingan yang memiliki kemampuan (posisi) kuat dan skill yang kuat pula; 2) pemangku kepentingan yang memiliki posisis kuat, tetapi lemah dalam keterampilan; 3) pemangku kepentingan yang memiliki keterampilan kuat, tetapi posisisnya lemah, dan 4) pemangku kepentingan posisi dan keterampilan sama-sama lemah.
            Aspek sumber daya juga menjadi pertimbangan dalam penentuan pelaksanaan rencana aksi (program kegiatan) yang tepat. Sumber daya yang dimiliki diperhitungkan karena pertimbangan potensi (mendapatkan ketersedian dana) dan pentingnya sumber daya tersebut. Ada empat kelompok sumber daya sebagai pertimbangan, yaitu: 1) sumber daya yang penting untuk disediakan dan potensi mendapatkannya; 2) sumber daya yang tingkat kepentingan rendah tetapi potensi mendapatkannya kuat; 3) sumber daya yang tidak (kurang) penting dan potensi mendapatkannya mudah (kuat); 4) sumber daya yang potensi dan kepentingannya rendah, tetapi untuk mendapatkannya sulit. Dengan demikian, idealnya sebuah rencana aksi dilakukan apabila hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa terdapat sumber daya potensi mudah dan banyak terdapat khususnya sumber daya penting, dan terdapat pemangku kepentingan yang memiliki potensi dan posisi penting.


7.      Rincian Perkembangan Kegiatan
            Pad tahap ini menjelaskan bagaimana proses evaluasi dalam presentasi keterampilan. Setiap program itu tidak selalu mudah tetapi penuh dengan hambatan dan faktor pendukung, maka pada bagian ini menjelaskan bagaimana apa dan dimana faktor pengahambat dan pendukung itu terjadi. Pada tahap ini pengelola atau pun pendidik dapt mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam program yang dilaksanakan.


8.      Rekonsiderasi (Usulan Penyempurnaan)
            Setiap program yang dilaksanakan pasti ada rekonsiderasi (usulan penyempurnaan) sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini yang disempurnakan berupa materi, metode, sumber belajar maupun hal lainnya. Dalam hal ini juga mengandung saran serta tindak lanjut dari program yang dilaksanakan agar selanjutnya ada peerkembangan yang dilakukan sehingga program lebih baik.












BAB III
PERENCANAAN PROGRAM KETERAMPILAN MENJAHIT PAKAIAN WANITA BAGI IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK BEKERJA


A.    Pengumpulan Data
a.       Jumlah ibu rumah tangga yang tidak bekerja
Dari hasil kami menganalisis data di Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang kami mengambil sampel 25 orang dari beberapa dusun yang ada didesa tersebut.
b.      Adapun kebutuhan belajar ibu rumah tangga di Desa Laut Dendang,  Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten, Deli Serdang adalah sebagai berikut :
No
Jenis keterampilan
Jumlah
1
Keterampilan menjahit
9
2
Keterampilan membuat kue basah
5
3
Keterampilan membuat kue kering
4
4
Kursus salon
2
5
Keterampilan memasak sayur
2
6
Keterampilan memasak gulai
2
7
Keterampilan memasak nasi goreng
1

Dari tabel diatas dapat kita simpulkan ada 9 orang ibu rumah tangga yang butuh keterampilan menjahit.

c.       Kondisi sosial ekonomi
Ibu rumah tangga di Desa Laut Dendang Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang.
Rata-rata suami mereka bekerja sebagai petani, buruh pabrik, wiraswasta, dll




B.     Analisis Keadaan
a.       Ibu rumah tangga
Rata-rata ibu rumah tangga di Desa Laut Dendang Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang banyak tidak bekerja. Dari analisis kami ada  3 orang lulusan SD, 12  orang yang tamatan SMP dan 10 orang lulusan SMA.

C.    Identifikasi Masalah
a.       Banyaknya ibu rumah tangga yang tidak bekerja
b.      Banyaknya ibu rumah tangga yang tidak punya keterampilan
c.       Banyaknya keluarga yang berekonomi lemah
d.      Banyak ibu rumah tangga yang butuh keterampilan tetapi tidak memiliki biaya dan tidak diberdayakan
e.       Tidaknya tersedianya sumber belajar bagi ibu rumah tangga

D.    Perumusan Tujuan
a.       Untuk memberikan keterampilan menjahit pakaian wanita bagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
b.      Untuk memberdayakan ibu rumah tangga yang butuh akan keterampilan menjahit pakaian wanita
c.       Untuk memberikan sumber belajar yaitu program keterampilan menajahit pakaian wanita.
d.      Untuk membantu menambah perekonomian keluarga yang ada di Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.



E.     Perencanaan Kegiatan
a.       Sasaran Program.
Sasaran program adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja di Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Tempat Pelaksanaan
b.      Tempat pelaksanaan program ini adalah di Balai Desa atau di kantor Kepala Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

c.       Waktu Pelaksanaan
Di laksanakan 3 kali dalam seminggu pada hari selasa, rabu dan kamis dan pada pukul 16.00 WIB s/d 17.00.
d.      Penyelenggara
Penyelenggara      : Muhammad EL Alawi ( penyelenggara )
Pendidik               : Ibu Ati
                             : Ibu Yani
e.       Program.
Programnya adalah program keterampilan mmenjahit pakaian wanita bagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja.


F.     Pelaksanaan Rencana Kegiatan
f.       Sasaran Program.
Sasaran program adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja di Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Tempat Pelaksanaan
g.      Tempat pelaksanaan program ini adalah di Balai Desa atau di kantor Kepala Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
h.      Waktu Pelaksanaan
Di laksanakan 3 kali dalam seminggu pada hari selasa, rabu dan kamis dan pada pukul 16.00 WIB s/d 17.00.
i.        Penyelenggara
Penyelenggara      : Muhammad EL Alawi ( penyelenggara )
Pendidik               : Ibu Ati
                             : Ibu Yani
j.        Bagaimana cara pembelajaran
1.      Metode
Metode yang digunakan akan adalah metode demonstrasi yaitu bagaimana mempraktekkan menjahit pakaian wanita dari konsep sampai dengan pemahaman dalam praktek.

2.      Strategi
Yaitu merencanakan terlebih dahulu bahan dan alat seperti motif warna, jenis kain, mesin jahit, jarum dan lain sebagainya
3.      Teknik
Teknik yang digunakan adalah Teknik  Pelatihan Keterampilan Praktis dan Kepelatihan yaitu melatih keterampilan menjahit pakaian dengan pemahaman dalam prakteknya.
4.      Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat sebelum program dilaksanakan, pada saat dilaksanakan dan sesudah program dilaksanakan, sehingga program dapat di lihat dari segi efektivitas, kelayaakan, efesien dan relevansinya.




G.    Rincian Pengembangan Program
a.       Evaluasi proses persentasi program keterampilan menjahit pakaian wanita bagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
Evaluasi program dilakukan pada saat program direncanakan, dilaksanaan dan sesudah program dilaksanakan. Evaluasi mencakup dari segi materi, pemahaman, eektivitas, relevansi, efesiensi dan kelayakan serta dampak belajar bagi warga belajarnya yaitu ibu rumah tangga.

b.      Faktor pendukung dan penghambat
Ø  Faktor pendukung
1.        Adanya persetujuan dan dukungan dari Kepala Desa Laut Dendang yaitu Bapak Suwardi sehingga program ini bisa dilaksanakan
2.        Adanya dukungan dari keluarga yaitu suami dan anak bagi ibu rumah tangga diDesa Laut Dendang sehingga dapat membantu perekonomian keluarga dan dapat lebih mandiri.
3.        Adanya keinginan atau kebutuhan dan motivasi bagi sebagian ibu rumah tangga untuk belajar keterampilan menjahit pakaian wanita.

Ø  Fakor penghambat
1.        Kurangnya motivasi atau keinginan ibu rumah tangga untuk melatih keterampilan menjahit
2.        Faktor pekerjaan dan waktu yang membuat ibu rumah tangga sedikit tidak mau dalam belajar keterampilan,ataupun karena faktor keluarga suami dan anak.misal ananknya masi kecil atau jatuh sakit serta suami yang kurang setuju atau tidak mengizinkan istrinya untuk belajar keterampilan karena takut anaknya tidak terurusi.
3.        Kurangnya sarana belajar keterampilan dan pendidik kursus menjahit, dikarenakan faktor biaya yang besar jika belajar keterampilan menjahit.

H.    Rekonsiderasi (Usulan Penyempurnaan)
1.      Saran dan Tindak lanjut
Program keterampilan menjahit pakaian wanita bagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja sebaiknya harus diperhatikan dulu keadaan ibu rumah tangga yang ada di Desa Laut Dendang Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang dari segi efesiensi, efektivitas, kelayakan serta relevansi program tersebut dengan sasaran belajarnya. Kemudian program tersbut harus ada tindak lanjutnya sehingga program tersebut tetap aktif seperti membuat kelompok keterampilan menjahit bagi ibu rumah tangga.
2.      Perbaikan
a.       Materi
Materi harus dievaluasi dari segi efektivitas dan relevansinya sehingga memberi pengaruh yang baik kepada sasaran belajar. warga belajar juga mendapatkan pemahaman dan pengetahuan yang baik sehingga memiliki life skill yang dia pelajari.
b.      Metode
Dalam pelaksanann program harus dilihat dari aspek metode (apakah metode itu cocok atau tidak, apakah efektif atau tidak) sehingga ini dapat dievaluasi oleh pendidiknya mapun pengelola.
c.       Sumber belajar
Sumber belajar bisa didapatkan dari mana saja baik itu pendidik, ibu rumah tangga, insruktur kursus, buku pedoman, video, pengalaman dan lain sebagainya.
BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari perencanaan program ini kami dapat menyimpulkan bahwa dalam perencanaan program data yang dianalisis harus berdasarkan  yang ad di lapangan. Dalam perencanaan program itu harus bertahap dalam penyusunannya sehingga program itu jelas secara komprehensif. Program keterampilan menjahit pakaian wanita diperuntukkan untuk ibu rumah tangga yang ada di Desa Laut Dendang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang agar bisa berdaya da membantu dan membantu perekonomian keluarga. Dalam pelaksanaan program ini tidaklah mudah karena harus diperhatikan dari  segi efektivitasnya, relevansinya, efesiensinya dan kelayakannya sehingg program yang dirumuskan benar bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan program ini memberi sumbangsih yang positif bagi sasaran belajarnya bahkan Kepala Desa sehingga dapat membantu perkembangan pembangunan Desa Laut Dendang.



B.     Saran
Dalam penyusunan program ini mungkin mendapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi penyusunan ataupun perumusan program. Oleh karena itu kami menhrapkan kritik dan saran sehingga kedepannya program ini bisa dievaluasi lebih baik lagi.









DAFTAR  PUSTAKA


Yusnadi(2012). Perencanaan Program Pendidikan Luar Sekolah. Medan : Universitas Negeri Medan.
http://flairyzah.blogspot.com/2010/05/perencanaan-pls-pnf-dalam-pembangunan.html













1 komentar:

  1. Bagus tulisannya dek, lebih ditingkatkan lagi yaa. Dan sering" posting tulisan juga, biar bisa jadi referensi untuk yang lain. Semangaaatt..!!!

    BalasHapus